“Janganlah nyaman di suatu tempat
karena bisa jadi kesuksesan berada di luar sana. Merantaulah, jadilah manusia
yang selalu menebarkan manfaat bagi umat manusia dimana pun berada”, itulah
kata-kata yang selalu melekat di hati ini yang selalu mendorong ku agar ku
maju. Ku niatkan belajar di sana untuk memenuhi perintah Rosululloh yaitu, “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap
muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Langsung saja ku mulai perjalanan cerita baru
ku ini di negeri yang mulia, Mekkah. Masalah yang paling aku hawatirkan ketika
aku disana adalah bagaimana aku komunikasi dengan orang-orang sana. Bahasa ku
tidak terlalu fasih, tapi ku berusaha untuk bisa dan guru ku bilang asalkan
membiasakan insya Alloh bisa. “Bisa itu karena biasa”, dengan kata itu aku
menjadi lebih semangat untuk membiasakan diri dan memaksakan diri untuk bisa, “
man jadda wa jada, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil ”.
Hari berganti demi hari, bulan berganti demi
bulan tahun berganti demi tahun, sudah hampir selesai ku jalani masa kuliah,
guru besar ku disana yang berasal dari Indonesia negeri ku juga tiba-tiba
meminta ku untuk bertemu di rumahnya, akhirnya ku turuti permintaan itu. Saat
ku berada disana, guru ku bilang bahwa aku adalah wanita yang sholehahdimatanya. Mendengar itu, aku sangat bersyukur pada Alloh, aku tidak nyangka
ternyata ada juga orang yang mau menyatakan itu padaku dan itu adalah guru ku
guru yang sangat terkenal dengan mulianya. Setelah itu, aku bertanya pada
guruku dengan memakai bahasa indonesia karena ia juga berasal dari Indonesia
yang mengajar di sini “maaf ustadzah, ada apa ustadzah memanggil saya?”. Guru
menjawab, bahwa aku dipanggil olehnya kesana adalah untuk menawarkan anaknya
pada ku dan ia ingin sekali aku hidup bersama dengan anaknya alias menikah
dengan nya. Mendengar itu, aku kaget dan bilang pada guruku bahwa aku harus
mempertimbangkan ini dulu, aku akan menjawab ketika aku sudah balik dari
Indonesia. Guruku bilang, “ silahkan kamu pertimbangkan dulu. Anak ustadzah ini
adalah seorang laki-laki yang buta, tidak bisa berbicara, juga kakinya lumpuh.”
Mendengar itu, aku bertambah kaget dan aku bingung untuk menerimanya karena aku
takut nanti jika aku telah bersatu dengannya aku tidak bisa menjalani tugas-tugas ku sebagai istri
sholehah.
Bersambung.. saksikan kembali di episode selanjutnya :)
Sign up here with your email

ConversionConversion EmoticonEmoticon