Dengan Ikhtiar, Alloh mempersatukan kami dengan bahagia 2

assalamu'alaikum, bertemu lagii di episode 2

“Janganlah nyaman di suatu tempat karena bisa jadi kesuksesan berada di luar sana. Merantaulah, jadilah manusia yang selalu menebarkan manfaat bagi umat manusia dimana pun berada”, itulah kata-kata yang selalu melekat di hati ini yang selalu mendorong ku agar ku maju. Ku niatkan belajar di sana untuk memenuhi perintah Rosululloh yaitu, “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Langsung saja ku mulai perjalanan cerita baru ku ini di negeri yang mulia, Mekkah. Masalah yang paling aku hawatirkan ketika aku disana adalah bagaimana aku komunikasi dengan orang-orang sana. Bahasa ku tidak terlalu fasih, tapi ku berusaha untuk bisa dan guru ku bilang asalkan membiasakan insya Alloh bisa. “Bisa itu karena biasa”, dengan kata itu aku menjadi lebih semangat untuk membiasakan diri dan memaksakan diri untuk bisa, “ man jadda wa jada, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil ”.
Hari berganti demi hari, bulan berganti demi bulan tahun berganti demi tahun, sudah hampir selesai ku jalani masa kuliah, guru besar ku disana yang berasal dari Indonesia negeri ku juga tiba-tiba meminta ku untuk bertemu di rumahnya, akhirnya ku turuti permintaan itu. Saat ku berada disana, guru ku bilang bahwa aku adalah wanita yang sholehahdimatanya. Mendengar itu, aku sangat bersyukur pada Alloh, aku tidak nyangka ternyata ada juga orang yang mau menyatakan itu padaku dan itu adalah guru ku guru yang sangat terkenal dengan mulianya. Setelah itu, aku bertanya pada guruku dengan memakai bahasa indonesia karena ia juga berasal dari Indonesia yang mengajar di sini “maaf ustadzah, ada apa ustadzah memanggil saya?”. Guru menjawab, bahwa aku dipanggil olehnya kesana adalah untuk menawarkan anaknya pada ku dan ia ingin sekali aku hidup bersama dengan anaknya alias menikah dengan nya. Mendengar itu, aku kaget dan bilang pada guruku bahwa aku harus mempertimbangkan ini dulu, aku akan menjawab ketika aku sudah balik dari Indonesia. Guruku bilang, “ silahkan kamu pertimbangkan dulu. Anak ustadzah ini adalah seorang laki-laki yang buta, tidak bisa berbicara, juga kakinya lumpuh.” Mendengar itu, aku bertambah kaget dan aku bingung untuk menerimanya karena aku takut nanti jika aku telah bersatu dengannya aku tidak  bisa menjalani tugas-tugas ku sebagai istri sholehah. 

Bersambung.. saksikan kembali di episode selanjutnya :)
Previous
Next Post »