Dengan Ikhtiar, Alloh Mempersatukan Kami dengan Bahagia 1

Aku adalah seorang anak pertama dari 5 ber-saudara yang dilahirkan oleh kedua orang tua yang sholeh dan sholehah ( aamiin ). Kedua orang tuaku memiliki harapan agar anaknya menjadi anak yang sholehah dan ku yakin harapan itu tidak hanya dimiliki oleh orang tuaku, tetapi oleh semua orang tua yang beragama islam baik orang tua yang sholeh maupun tidak. Oleh karena itu, orang tuaku selalu mendidikku dengan baik dan rela mengorbankan yang dia miliki agar anaknya menjadi anak yang sholehah.
            Aku adalah lulusan dari Sekolah Dasar (SD) Unggulan Nasywa, Sariwangi. Orang tuaku memasukkan aku kesana dengan harapan agar aku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Walaupun biayanya mahal tapi kelurgaku rela berkorban mengelurkan hartanya demi anaknya menjadi baik, karena orang tuaku yakin Alloh selalu bersama kita dan Rizqi berada di kekuasaan tangan Alloh SWT. Ketika aku berada di SD itu aku selalu diberikan cucuran ilmu yang sangat baik, selalu diberi motivasi untuk fokus terhadap bakatnya, dan selalu diberi semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an sehinga aku bisa lulus SD dengan membawa hafalan juz 30.  Tapi, walaupun sudah banyak ilmu tentang agama masuk kedalam otakku namun hanya sedikit yang aku masuki kedalam hati untuk di praktikan. Ku sesali diri ini, telah banyak perbuatan-perbuatan dosa yang telah aku lakukan yang awalnya ku anggap biasa namun perbuatan-perbuatan itu menjadi suatu kebiasaan. Sangat ruginya aku, padahal aku telah diberikan oleh Alloh orang tua yang mengerti agama yang telah memasukkan aku ke les tahfidz dan beberapa pengajian yang dimana aku telah diberikan banyak ilmu, namun semua itu aku sia-siakan.
            Telah banyak piala yang ku raih, nikmat Alloh yang aku dapatkan, dan kebahagian-kebahagian yang membuatku merasa hidup ini panjang, namun aku lupa untuk bersyukur kepada Alloh dan aku lupa bahwa itu adalah berupa ujian dari Alloh untuk menentukan derajat keimananku kepada-Nya karena ujian itu tidak hanya kesusahan dan kesedihan namun kebahagiaan pun sama.
            Aku telah mengubah nama baik ku. Yang awalnya ku dikenal dengan anak yang baik, kini berubah. Orang menganggapku sebagai anak yang tidak baik, dan telah mempermalukan nama baik orang tuaku yang selalu mendidik anaknya dengan agama juga sebagai guru ngaji di madrasah nenek ku yaitu madrasah Waladdun Sholihun.
            Detik-detik menuju kelulusan SD, orang tuaku memikirkan SMP untuk kelanjutan ku menuju kesuksesan. Aku di daftarkan oleh orang tuaku ke tiga sekolah. Pertama, aku ikut daftar dan testing di sekolah boarding school an-najiah, soekarno hatta . Kedua, aku didaftarkan dan ikut testing di sekolah boarding school baitul anshor. Ketiga, aku didaftarkan dan ikut testing di pesantren modern sekolah alam BRC. Di ketiga sekolah itu aku diterima, tapi aku dan orang tuaku bingung harus memilih yang mana yang terbaik untuk kehidupan aku kelak. Akhirnya jalan yang terbaik adalah ISTIKHOROH. Selain ku berusaha untuk mencari yang mana, tapi harus pula diiringi dengan do’a dan istikhoroh.
            Ini adalah awal waktu aku berubah. Ku berusaha untuk mengembalikan nama baik ku dihadapan Alloh, keluarga, atau siapa pun itu yang mengenalku. Ku berharap dengan aku berubah, Alloh akan mengampuni dosa-dosa ku dan meridhoi setiap langkahku dan perbuatanku kapan pun itu. Memang butuh waktu lama untuk memperbaiki nama baikku.
Di setiap do’a, ku selalu sisihkan untuk meminta petunjuk mana sekolah yang terbaik untuk kehidupan di masa yang akan datang. Ku selalu memikirkan masa depanku, ku ingin masa depan ku jauh berubah dari kehidupanku kini. Ku selalu memikirkan untuk kedepannya, makannya dari itu aku harus berhati-hati untuk memilih sekolah yang dimana disana aku akan meraih impianku. Akhirnya keyakinanku datang. Keyakinan ku ini membuat ku makin percaya bahwa ini adalah jawaban dari istikhoroh ku kepada Alloh. Ku harap pesantren modern sekolah alam BRC  ini yang menjadi pilihanku itu di ridho-I oleh Alloh, aamiin.
Akhirnya masa SMP pun mulai, dan pada saat ini aku belajar hidup dewasa jauh dari kedua roang tua ku. Kehidupan pesantren mulai ku rasakan, bagaimana hidup sendiri, nyuci pakaian sendiri, mengatur keuangan sendiri, segala ku atur sendiri.
Masa-masa SMP adalah dimana perubahan ku menuju dewasa berada di tingkat paling atas. Terkadang ku sulit untuk mengendalikannya, emosional ku sangat tinggi termasuk syahwatku yang hampir ku tak tahan untuk menahannya. Ku selalu berdo’a dan mengadu kepada Alloh, agar rasa suka ku terhadap salah satu hamba-Nya ini  tidak melebihi rasa cinta ku pada Alloh. Ku selalu meminta kekuatan untuk mampu mengendalikan nafsu ini yang sangat membara.
Tapi, ku sadar bahwa aku tidak boleh terlalu berharap pada dia karena suatu saat aku akan merasakan kecewa. Ku berusaha agar aku selalu berharap pada Alloh saja, dan ku yakin pasti ada yang lebih baik di dunia luar sana kelak.
Terkadang ku galau memikirkan siapa yang akan menjadi penyempurna agama ku , kegalauan ini ku curhatkan pada pembimbing ku. Ku percaya dengan ku curhatkan rasa ini aku dapat dikuatkan kembali iman ku. Kata-kata yang selalu keluar dari pembimbing ku ini adalah kata yang sangat penting bagi diri ku ini. Namun, dia tidak lama bersama ku. Ketika ia pergi, ku merasa tak ada lagi yang bisa menguatkan keimanan ku ini lagi. Hanya pesan-pesannya saja yang bisa ku ingat, salah satunya adalah curhatkanlah segalany kepada Alloh, Alloh lah pemiliki segala, Alloh lah penguasa hati manusia.
Alhamdulillah, dengan nasehatnya aku bisa berubah tapi tetap, semua perubahan ini tidak lepas adalah bantuan dan takdir Alloh bi iznillah. Akhirnya namaku ini telah berubah, yang awalnya terkenal buruk namun sekarang nama ku selalu di rindukan. Alhamdulillah, selama 3 tahun ini aku dapat berhasil menghafalkan isi Al-Qur’an sebanyak 12 juz
Setelah ku lulus SMP, ku melanjutkan ke tingkat SMA. Disana aku tidak boarding alias pesantren, aku sekolah biasa pp (pulang pergi). Tapi, ku tetap istiqomah terhadap pegangan aturan agamaku. SMA berjalan, aku pun tetap mengabdi di sekolah pesantren yang pernah aku tempati.
Ku mengabdi sebagai pembimbing santri akhwat (perempuan). Setelah ku mengabdi selama 3 tahun hingga ku lulus SMA, ku ditawarkan beasiswa sekolah di Universitas Madinah, Umul Qura’ (mekkah) oleh salah satu guru ku ketika ku pesantren disana.  Ku memilih untuk sekolah di Umul Qura’, semoga dengan beasiswa sekolah di luar negeri ini aku dapat menggapai sebuah impian ku ini yang sedang ku tunggu-tunggu yaitu menemukan seseorang yang dirahasiakan Alloh di lauhul mahfuz dari ku lahir yang dapat membimbing ku dan anak-anak keturunanku munuju kebahagian di Syurga kelak.

Bersambuung.. ke episode selanjutnya :) 
Previous
Next Post »